Friday, 13 June 2014

Permintaan dan Harga Permukiman


Permintaan terhadap permukiman tergantung pada tingkat penghasilan. Semakin tinggi penghasilan, maka elastisitas permintaan perumahan relative rendah. Dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan permukiman, orang akan selalu melakukan perbandingan biaya permukiman tersebut. Keinginan untuk memiliki rumah dibatasi oleh tingkat penghasilan serta biaya pembangunan perumahan. Tingkat penghasilan yang rendah serta biaya pembangunan yang relative tinggi mengakibatkan orang tidak dapat membangun rumah yang memenuhi syarat, padahal kebutuhan permukiman merupakan kebutuhan primer, sehingga dapat menimbulkan permukiman liar dimana-mana yang tidak memenuhi persyaratan sama sekali, terutama dalam hal air minum, kamar mandi, kesehatan, keamanan. Rumah sub standar merupakan ciri kemiskinan.

Pada hakikatnya, pengeluaran untuk rumah adalah harga dikalikan dengan banyaknya rumah yang dibeli masyarakat. Indikator dalam mengukur pengeluaran adalah factor kuantitas dan harga, seperti kualitas, ukuran, letak ruangan, kondisi bahan, model dan dekorasi. Dalam hal permukiman ini, penawaran rumah yang sifatnya heterogen yang diperoleh dari rumah lama, tetapi dengan konstruksi rumah baru yang keawetannya sampai 20 tahun, biasanya 2% bahannya akan diganti tiap tahunnya. Dalam kenyataannya banyak permukiman di perkotaan bersifat bangunan sementara, yang umumnya terbuat dari bambo, kayu dan bata dengan atap genting yang biasanya akan rusak sesudah jangka waktu 5 sampai 10 tahun.

Rata-rata tempat tinggal setiap keluarga yang terdiri atas 2 – 4 jiwa adalah 2 sampai 3 kamar. Luas sebuah rumah diperkotaan antara 40 – 45 m2 (terkecil) dan 500 m2 (terbesar), sedangkan luas tanah rata-rata untuk sebuah rumah diperkirakan 300 m2, tetapi kebanyakan rumah dibangun di atas tanah yang sempit. Tingkat pertambahan penduduk secara alami yang tinggi ditambah dengan adanya urbanisasi mengakibatkan tambahnya masalah sehubungan dengan permukiman ini. Kebutuhan akan bangunan fisik jelas akan bertambah. Bangunan fisik yang sifatnya tidak bergerak adalah tempat perlindungan yang mempunyai dinding dan atap, baik tetap maupun sementara digunakan sebagai tempat tinggal, luas lantainya paling sedikit 10 m2. Di kota, jumlah bangunan fisik atau tempat tinggal yang banyak didirikan di atas tanah yang relative sempit, sehingga untuk setiap km2 luas tanah, jumlah bangunan yang banyak dan berdekatan dapat menimbulkan persoalan lain, seperti lingkungan yang tidak sehat, ketegangan social, kejahatan dan sebagainya. Letak bangunan fisik ini dipilih karena dekat dengan tempat kerja, tempat belanja dan hiburan serta dekat dengan pelayanan public, seperti pendidikan, kesehatan maupun karena kualitas lingkungan yang bersih, bebas banjir dan kebisingan rendah.

Menurut Hedonis, yang menentukan harga permukiman adalah harga masing-masing komponen perumahan. Harga berbeda tergantung pada perbedaan lokasi (jarak ke tempat pekerjaan), banyaknya kamar tidur dan umur atap. Harga permukiman ditentukan oleh :
  1. Harga dasar rumah
  2. Harga rumah berkurang tiap 2 Km jauhnya dari pusat kota
  3. Harga rumah naik dengan makin banyaknya kamar tidur
  4. Harga rumah berkurang dengan makin tuanya (tahun) atap

Bila sebuah rumah tangga membeli rumah sama saja mengadakan investasi dan karena harga  investasi itu 2-4 kali lipat penghasilan tahunannya, maka biasanya dilakukan pencicilan pembayaran. Oleh karena itu banyak rumah tangga yang harus menyewa rumah. Biaya sewa ini tidak termasuk pajak yang terdiri atas biaya modal, penyusutan dan pemeliharaan.

No comments:

Post a Comment