Pembangunan ekonomi
pedesaaan yang berlandaskan agribisnis merupakan usaha untuk mewujudkan
pedesaan yang mandiri . Agrbisnis itu sendiri merupakan bisnis
berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Objek agribisnis dapat
berupa tumbuhan,
hewan,
ataupun organisme lainnya. Kegiatan
budidaya merupakan inti (core) agribisnis, meskipun suatu perusahaan
agribisnis tidak harus melakukan sendiri kegiatan ini. Pembangunan ekonomi ini
tidak lepas dari peran pemerintah, dimana terdapat 7 kebijakan komprehensif
untuk mewujudkan pedesaan mandiri, yaitu :
- pembangunan kelembagaan petani
- pengembangan sistem inovasi pertanian
- pengembangan kelembagaan petani
- ptimasi sumber daya berkelanjutan
- konsolidasi vertikal agribisnis
- pemacuan investasi
- kebijakan insentif
Pembangunan ekonomi pedesaan yang
berlandaskan agribisnis pada dasarnya menerapkan teori pusat pertumbuhan (Growth poles theory) yang dipopulerkan
oleh Francois Perroux, 1995. Berdasarkan teori ini, pusat pertumbuhan dapat
dilihat dari 4 karakteristik, yaitu :
- adanya sekelompok kegiatan ekonomi terkonsentrasi pada suatu lokasi tertentu
- konsentrasi kegiatan ekonomi tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang dinamis
- terdapat keterkaitan input dan output yang kuat antara sesame kegiatan ekonomi pada pusat tersebut
- kelompok kegiatan tersebut terdapat sebuah industry induk yang mendorong pengembangan ekonomi pada pusat tersebut.
Teori ini merupakan salah
satu alat utama yang dapat melakukan penggabungan antara prinsip-prinsip “Konsentrasi
“ dengan “Desentralisasi” dan menjadi dasar strategi kebijakasanaan pembangunan
wilayah melalui industri daerah. Hal ini disebabkan pembangunan atau
pertumbuhan tidak terjadi disegala tata-ruang, tetapi terjadi hanya terbatas pada beberapa
tempat tertentu dengan variabel-variabel yang berbeda intensintasnya. Salah
satu cara untuk menggalakkan kegiatan pembangunan suatu daerah tertentu melalui
pemanfaatan “aglomeration economies” sebagai faktor pendorong utama.
Keuntungan aglomerasi
akan diperoleh bilamana terdapat keterkaitan antara kegiatan input ekonomi (backward linkages) dan keterkaitan
output (forward lingkages). Dengan
keterkaitan ini akan menimbulkan keuntungan ektsternal dalam bentuk penghematan
biaya produksi, ongkos angkut bahan baku dan hasil produksi serta penghematan
biaya penggunaan fasilitas karena beban dapat ditanggung bersama. Penghematan
tersebut selanjutnya akan dapat menurunkan biaya yang harus dikeluarkan,
sehingga daya saingnya semakin meningkata yang dapat mendorong terjadinya
efisiensi dan pertumbuhan ekonomi yang berada dalam kawasan pusat pertumbuhan
tersebut.
Penerapan konsep ini
dapat dilihat pada pengembangan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP),
dimana desa yang menjadi simpul jasa dan simpul distribusi dari desa-desa di
sekitarnya. Intervensi pembangunan yang dilakukan di Desa Pusat Pertumbuhan
diharapkan dapat menjadi pemicu dan pemacu pertumbuhan ekonomi wilayah
sekitarnya. Intervensi pembangunan yang dilakukan di Desa Pusat Pertumbuhan
harus merupakan kegiatan pengembangan ekonomi daerah yang berbasis pada potensi
lokal serta mempertimbangkan keterkaitan dengan perkembangan wilayah
sekitarnya.
Namun pada dasarnya, pembangunan ekonomi pedesaan yang berlandaskan
agribisnis harus dibarengi dengan peningkatan infrastruktur, berupa perbaikan sistem pengairan, pembangunan pasar komoditas
pertanian, peningkatan jalan raya sebagai aksesibilitas kegiatan, kelistrikan,
dan jaringan telekomunikasi agar pedesaan sebagai pusat pertumbuhan dapat
berkembang menjadi lebih mandiri
thanks..
ReplyDelete