Wacana pemindahan ibukota Negara mulai menghangat kembali ketika Jakarta "tenggelam" karena banjir telah mengepungnya. Memang fungsi yang Jakarta saat ini sangat kompleks, selain sebagai pusat pemerintahan, Jakarta juga mengemban fungsi sebagai pusat perekonomian negeri ini! ibarat kata Jakarta menjadi seorang manajer untuk berbagai perusahaan...Kebayang ga betapa capeknya dia..! Terus, kenapa harus dipindah? mari kita telisik... gw serius kali ini...
Terdapat pro dan kontra terhadap wacana ini. Kelompok yang mendukung wacana pemindahan ibu kota berargumen klo Jakarta sudah ga layak jadi ibu kota negara, dengan alasan, pertama, daya dukung ruangnya tidak memadai lagi; kedua, Jakarta rawan bencana, karena berada sangat dekat sesar patahan bumi dan Gunung Krakatau; ketiga, klo masih di Jakarta, pemerataan pembangunan akan sulit terwujud karena letaknya ada di bagian barat Indonesia.
Tapi memindahkan ibu kota itu tidak semudah membalikkan telapak tangan dan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Pemindahan ini perlu kajian yang bener-bener matang, karena menyangkut berbagai aspek, bukan sekedar membangun gedung-gedung semata. Biaya pembangunan itu sangat mahal dan berimplikasi luas. Ibukota yang baru harus memiliki daya dukung yang mampu menyandang beban sebagai ibukota, bukan hanya daya dukung terhadap roda pemerintahan, tetapi juga perekonomian, sosial dan budaya. so what?
Terdapat pro dan kontra terhadap wacana ini. Kelompok yang mendukung wacana pemindahan ibu kota berargumen klo Jakarta sudah ga layak jadi ibu kota negara, dengan alasan, pertama, daya dukung ruangnya tidak memadai lagi; kedua, Jakarta rawan bencana, karena berada sangat dekat sesar patahan bumi dan Gunung Krakatau; ketiga, klo masih di Jakarta, pemerataan pembangunan akan sulit terwujud karena letaknya ada di bagian barat Indonesia.
Tapi memindahkan ibu kota itu tidak semudah membalikkan telapak tangan dan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Pemindahan ini perlu kajian yang bener-bener matang, karena menyangkut berbagai aspek, bukan sekedar membangun gedung-gedung semata. Biaya pembangunan itu sangat mahal dan berimplikasi luas. Ibukota yang baru harus memiliki daya dukung yang mampu menyandang beban sebagai ibukota, bukan hanya daya dukung terhadap roda pemerintahan, tetapi juga perekonomian, sosial dan budaya. so what?
Belajar dari Malaysia, yang hanya memindahkan pusat pemerintahannya dari Kuala Lumpur ke Putra Jaya bukan memindahkan ibukotanya. Ibukota Malaysia tetap Kuala Lumpur. Opsi ini dapat dianggap sebagai solusi yang realistis dan so cheap!..tapi kemana memindahkannya? Sharring beberapa teman di MPKD-UGM, kriteria lokasi yang dianggap cocok sebagai pusat pemerintahan negeri ini adalah :
- Pusat pemerintahan sebaiknya jangan berada dekat jalur ring of fire ato rawan bencana
- Pusat pemerintahan sebaiknya berada persis di tengah peta Indonesia untuk mewujudkan pemerataan pembangunan
- Pusat pemerintahan harus memiliki aksesibilitas yang memadai, punya pelabuhan dan bandara
- Pusat pemerintahan sebaiknya dibangun di lahan yang masih luas dan murah untuk membangun infrastrukturnya
kalimantan atau sulawesi dong di tengah
ReplyDeletedulunya ibukota menjadi ibukota karena seleksi secara alami saja yang melibatkan beberapa parameter sederhana: keterjangkauan dan kemudahan akses, kemudahan untuk mempertahankan kehidupan, seperti ketersediaan air dan tanah yg subur. kalo sekarang jadi agak ribet y karena parameter2 tersebut membuat jumlah penduduk yg mendiaminya melampaui daya tampungnya .., akhirnya ya jadi crowded seperti sekarang, gak usah di pindah, kurangi aja jumlah penduduknya, pasti akan berubah secara signifikan
ReplyDeleteYa tetap ajakan...klo ibukota punya banyak fungsi. Seperti pepatah yg bilang "ada gula ada semut". Maunya Sich kurangi fungsi yg diemban ibukota.. dgn cara mengalokasikan pusat pemerintahan yg tdk tergabung dg fungsi yg lain, terutama ekonomi..klo tetap gabung ya ttp aja jadi tujuan urbanisasi,kan?
ReplyDelete