Permintaan
terhadap permukiman tergantung pada tingkat penghasilan. Semakin tinggi
penghasilan, maka elastisitas permintaan perumahan relative rendah. Dalam
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan permukiman, orang akan selalu
melakukan perbandingan biaya permukiman tersebut. Keinginan untuk memiliki
rumah dibatasi oleh tingkat penghasilan serta biaya pembangunan perumahan.
Tingkat penghasilan yang rendah serta biaya pembangunan yang relative tinggi
mengakibatkan orang tidak dapat membangun rumah yang memenuhi syarat, padahal
kebutuhan permukiman merupakan kebutuhan primer, sehingga dapat menimbulkan
permukiman liar dimana-mana yang tidak memenuhi persyaratan sama sekali,
terutama dalam hal air minum, kamar mandi, kesehatan, keamanan. Rumah sub
standar merupakan ciri kemiskinan.
Pada hakikatnya,
pengeluaran untuk rumah adalah harga dikalikan dengan banyaknya rumah yang
dibeli masyarakat. Indikator dalam mengukur pengeluaran adalah factor kuantitas
dan harga, seperti kualitas, ukuran, letak ruangan, kondisi bahan, model dan
dekorasi. Dalam hal permukiman ini, penawaran rumah yang sifatnya heterogen
yang diperoleh dari rumah lama, tetapi dengan konstruksi rumah baru yang
keawetannya sampai 20 tahun, biasanya 2% bahannya akan diganti tiap tahunnya.
Dalam kenyataannya banyak permukiman di perkotaan bersifat bangunan sementara,
yang umumnya terbuat dari bambo, kayu dan bata dengan atap genting yang
biasanya akan rusak sesudah jangka waktu 5 sampai 10 tahun.
Rata-rata tempat
tinggal setiap keluarga yang terdiri atas 2 – 4 jiwa adalah 2 sampai 3 kamar.
Luas sebuah rumah diperkotaan antara 40 – 45 m2 (terkecil) dan 500 m2
(terbesar), sedangkan luas tanah rata-rata untuk sebuah rumah diperkirakan 300
m2, tetapi kebanyakan rumah dibangun di atas tanah yang sempit. Tingkat
pertambahan penduduk secara alami yang tinggi ditambah dengan adanya urbanisasi
mengakibatkan tambahnya masalah sehubungan dengan permukiman ini. Kebutuhan
akan bangunan fisik jelas akan bertambah. Bangunan fisik yang sifatnya tidak
bergerak adalah tempat perlindungan yang mempunyai dinding dan atap, baik tetap
maupun sementara digunakan sebagai tempat tinggal, luas lantainya paling
sedikit 10 m2. Di kota, jumlah bangunan fisik atau tempat tinggal
yang banyak didirikan di atas tanah yang relative sempit, sehingga untuk setiap
km2 luas tanah, jumlah bangunan yang banyak dan berdekatan dapat
menimbulkan persoalan lain, seperti lingkungan yang tidak sehat, ketegangan
social, kejahatan dan sebagainya. Letak bangunan fisik ini dipilih karena dekat
dengan tempat kerja, tempat belanja dan hiburan serta dekat dengan pelayanan
public, seperti pendidikan, kesehatan maupun karena kualitas lingkungan yang
bersih, bebas banjir dan kebisingan rendah.
Menurut Hedonis,
yang menentukan harga permukiman adalah harga masing-masing komponen perumahan.
Harga berbeda tergantung pada perbedaan lokasi (jarak ke tempat pekerjaan),
banyaknya kamar tidur dan umur atap. Harga permukiman ditentukan oleh :
- Harga dasar
rumah
- Harga rumah
berkurang tiap 2 Km jauhnya dari pusat kota
- Harga rumah naik
dengan makin banyaknya kamar tidur
- Harga rumah berkurang
dengan makin tuanya (tahun) atap
Bila sebuah
rumah tangga membeli rumah sama saja mengadakan investasi dan karena harga investasi itu 2-4 kali lipat penghasilan
tahunannya, maka biasanya dilakukan pencicilan pembayaran. Oleh karena itu
banyak rumah tangga yang harus menyewa rumah. Biaya sewa ini tidak termasuk
pajak yang terdiri atas biaya modal, penyusutan dan pemeliharaan.