Friday, 28 December 2012

Ironis..


Sumber daya mineral dikatakan mempunyai sifat tidak terbarukan (unrenewable resources) maknanya sumberdaya tersebut tidak memiliki kemampuan regenerasi secara biologis sebagaimana halnya pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dsb. Jika sumberdaya ini diekstraksi, konsekuensinya pada suatu masa tertentu pasti akan habis. Sektor pertambangan seringkali memberikan konstribusi signifikan terhadap struktur perekonomian di daerah-daerah yang kaya sumberdaya mineral di Indonesia bahkan mendominasi PDRB dari sembilan sektor yang diukur kinerjanya.

Dominannya sektor pertambangan tidak diikuti berkembangnya sektor lain malah mengurangi kinerja sektor lain. Industri ekstraktif tidak dihasilkan dari proses produksi dan bisa didapatkan tanpa terkait dengan proses ekonomi lainnya sehingga yang kerap muncul adalah terbentuknya kawasan tersendiri yang terpisah dan terisolasi. Karena ekstraksi sumberdaya mineral tidak punya keterkaitan dengan sektor ekonomi lainnya menyebabkan sektor lain tidak berkembang di daerah setempat sehingga dalam proses produksi harus mengambil sumberdaya dari daerah lain misalnya tenaga kerja, bahan baku pertanian dan sebagainya sebagai akibat daerah setempat mengalami pencucian/pengurasan (backwash effect) atau terjadinya kebocoran regional (regional leakages) yang sangat besar.

Fenomena ini bisa terlihat di daerah-daerah kaya akan sumberdaya mineral seperti Kalimantan. Negeri ini kaya. Sungguh sangat kaya. Lihat saja PDRB-nya yang sebagian besar bersumber dari penggalian dan pertambangan.Untuk Tabalong saja, sebuah negeri yang berada di ujung provinsi Kalimantan Selatan hampir 65 persen PDRB-nya didominasi dari pertambangan. woow..! Negeri ini sejak pendudukan Belanda di Indonesia, minyak bumi yang ada dalam perutnya sudah dieksploitasi, hingga pencarian energi alternatif : batubara yang kemudian menguras isi lambungnya. Terus, efeknya apa?

  1. Tabalong, khususnya kota Tanjung sebagai ibukotanya menjadi tujuan menetap para pencari kerja. sejak tahun 1990 hingga tahun 2010, tercatat sebanyak 16.000 an orang pendatang yang bermotif ekonomi datang ke kota ini.
  2. Penggalian dan pertambangan telah melenyapkan beberapa kawasan hutan dan bahkan kawasan kebun masyarakat pun harus berpindah tangan.
  3. Polusi udara akibat debu penggalian dan pertambangan yang lebarnya hampir 3 km dengan panjang 19 km yang mengakibatkan terjadinya bukaan lahan yang sangat besar
  4. Kenaikan harga kebutuhan pokok. Tau ga klo harga makanan disini per porsinya 15 rb ampe 20 rb? Jadi tebalkan kantongmu sebelum traktir teman-teman
  5. Harga yang cukup mahal tersebut berimbas pada harga kebutuhan lainnya, jadinya kebanyakan masyarakat klo mo belanja untuk keperluan lainnya, seperti pakaian dsb lari ke kabupaten sebelah ato ke ibukota provinsi sekalian refreshing
  6. dsb..

Negeri ini memang jauh dari mana-mana, untuk menuju ke kota ini memerlukan waktu sekitar 5-6 jam dari Banjarmasin ato 7-9 jam dari Balikpapan. walaupun ada bandara, penerbangan hanya 2 kali seminggu. Tapi negeri ini turut berjasa untuk Indonesia. Tabalong menyumbang kebutuhan minyak bumi nasional sebesar 4,6 persen dengan total produksi per hari sebanyak 4.800 barrel. Sementara itu, batubara yang diproduksi PT. Adaro Indonesia sebesar 15 persen untuk konsumsi industri pembangkit listrik di Pulau Jawa. selebihnya dijual ke luar negeri untuk pembiayaan negara ini.

so, apakah negara ini akan begitu saja melupakan negeri ini? Negeri ini krisis energi walaupun begitu melimpahnya sumberdaya mineral disini. untuk mendapatkan 1 liter bensin, kami harus antri. sementara listrik selalu mati...sungguh sangat-bangetz...ironi.



No comments:

Post a Comment