Pada akhir tahun 1960, model perencanaan dengan pendekatan sepenuhnya pada rasional mulai dipertanyakan. Hal ini berawal dari "Otoritas Chicago Housing" melalui Meyersen dan Banfield yang berpendapat bahwa perencanaan praktis berbeda dengan teori perencanaan. Selanjutnya Gunton mengemukakan bahwa model perencanaan yang dilakukan pemerintah pada kenyataannya tidak menggunakan pendekatan ilmiah (rasional) dalam aktifitasnya, namun didominasi oleh proses lobi-lobi politik yang sempit. Sehingga hal ini melahirkan metode dan teknik perencanaan baru, yaitu incremental.
Perencanaan
Incremental memusatkan perencanaan kepada kemampuan lembaga dan performa personalianya. Teori ini sangat konsentrasi pada ruang lingkup
obyek yang ditanganinya. Obyek yang ditangani selalu diukur dan dibandingkan
dengan kemampuan lembaga dan personalia, kalau dapat dikerjakan dengan
perkiraan hasil yang memadai, barulah direncanakan.
Perencanaan
incremental tidak berjangka waktu panjang, sebab disamping sukar meramal dalam
waktu yang lama juga sukar menentukan kemampuan lembaga dan performa personalianya.
Perencanaan ini menekankan pada perencanaan jangka pendek saja. Perencanaan
untuk beberapa tahun dilakukan dengan menambahkan perencanaan-perencanaan
pendek yang sudah ada. Perencanaan ini juga menekankan sifat desentralisasi
yang selalu mengadakan kontak hubungan dengan lingkungan atau masyarakat. Artinya
perencana dalam merencanakan obyek tertentu selalu mempertimbangkan
faktor-faktor lingkungan. Perencanaan incremental hampir sama dengan perencanaan
dengan pendekatan system, namun bedanya hanya dilakukan pada waktu yang
terbatas.
Perencanaan
incremental lebih menekankan pada perencanaan jangka pendek, karena lebih riil
dan mudah diwujudkan dibandingkan dengan jangka panjang. Cunningham menyebut
teori ini sebagai “art of the possible” yang dia pertentangkan dengan “art of ideal”
terhadap perencanaan sistem yang berjangka panjang. Teori ini juga disebut
“disjointed incrementalist”, yaitu model yang merupakan konsep pembentukan yang
kontinyu pada situasi yang sedang berlangsung, setapak demi setapak dan dengan
tingkat perubahan yang kecil. Yang dimaksud dengan situasi yang sedang
berlangsung di atas adalah situasi sekarang yang dapat diartikan masa
perencanan yang pendek yaitu 1 tahun. Teori ini diilhami oleh filsafat
pragmatisme, yang menyatakan yang baik adalah yang berguna pada masa sekarang.
Yang berguna pada masa sekarang hanya dapat ditentukan dan dicari pada masa sekarang.
Kita tidak tahu apa-apa dengan masa depan dan memang tidak perlu tahu karena
belum memberi manfaat kepada kita. Tujuan dan alat dalam filsafat ini adalah
sama. Tidak ada tujuan yang tepat, ia selalu berubah bersamaan dengan perubahan
alat untuk mencapai tujuan itu.
Dasar argumentasi teori
disjointed-incrementalist ini adalah;
- Nilai tujuan dan empiris tidak terpisah satu dengan yang lan melainkan sebagai suatu turunan
- Bila alat dan tujuan terpisah, maka mereka sering tidak cocok
- Tes untuk perencanaan yang baik adalah kesepakatan antara kecocokan alat dengan pencapaian tujuan
- Analisa subyektif tentang kemungkinan hasil, alternatif-alternatif dan nilai-nilai efektif cenderung dilalaikan
- Bukti akhir perencanaan yang efektif adalah apakah ia diterima dalam arti bisa implementasikan dengan sukses atau tidak
Teori
ini pada intinya didasarkan pada kemampuan institusi dan kinerja personalnya.
Bersifat desentralisasi dan tidak cocok untuk jangka panjang. Jadi perencanaan
ini menekankan perencanaan dalam jangka pendek saja. Yang dimaksud dengan
desentralisasi pada teori ini adalah si perencana dalam merencanakan objek
tertentu dalam lembaga pendidikan, selalu mempertimbangkan faktor-faktor
lingkungan.
No comments:
Post a Comment