Tuesday 20 November 2012

Sebuah cerita...

Disebuah perusahaan pertambangan minyak di Arab Saudi, di akhir tahun 40-an, seorang pegawai rendahan, remaja lokal asli Saudi kehausan dan bergegas mencari air untuk menyiram tenggorokannya yang kering. Ia begitu gembira ketika melihat air dingin yang tampak di depannya dan segera mengisi gelasnya dengan air tersebut. Belum sempat ia minum, tangannya terhenti oleh sebuah hardikan : " Hey, kamu tidak boleh minum air ini. Kamu cuma pekerja rendahan. Air ini hanya khusus untuk insinyur". Suara itu berasal dari mulut seorang Insinyur Amerika yang bekerja di perusahaan tersebut.

Remaja itu akhirnya hanya terdiam sambil menahan haus. Ia tahu ia hanya anak miskin lulusan sekolah dasar. Kalaupun ada pendidikan yang dibanggakan, ia lulusan lembaga Tahfidz Quran. Tapi keahlian itu tidak ada harganya di perusahaan minyak yang dikendalikan oleh manajemen Amerika.

Hardikan itu selalu terngiang di kepalanya. Ia lalu bertanya-tanya : "Kenapa ini terjadi padaku? Kenapa segelas air saja dilarang untukku? Apakah karena aku pekerja rendahan, sedangkan mereka insinyur? Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka?". 

Pertanyaan ini selalu terngiang-ngiang dalam dirinya. Kejadian ini akhirnya menjadi momentum baginya untuk membangkitkan sikap positif. Muncul komitmen dalam dirinya. Remaja miskin itu lalu bekerja keras siang hari dan melanjutkan sekolah pada malam hari. Hampir setiap hari ia kurang tidur untuk mengejar ketertinggalannya. Tidak jarang olok-olok dari teman pun diterimanya. Buah kerja kerasnya menggapai hasil. Ia akhirnya lulus SMA dan perusahaan memberinya kesempatan untuk mendalami ilmu. Ia dikirim ke Amerika dan mengambil kuliah bidang teknik untuk S1 dan bidang geologi untuk S2. Pemuda ini lulus dengan hasil memuaskan. Selanjutnya ia pulang ke negerinya dan bekerja sebagai insinyur.

Kini ia sudah menakhlukan rasa sakitnya. Kembali sebagai insinyur dan bisa minum air yang dulu dilarang untuknya. Ia sudah terlatih bekerja keras dan mengejar ketertinggalan dalam pekerjaan dan karirnya pun melonjak dari kepala bagian, kepala cabang, manajer umum sampai akhirnya ia menjabat sebagai wakil direktur, sebuah jabatan tertinggi yang bisa dicapai oleh orang lokal saat itu. 

Ada kejadian menarik ketika ia menjabat sebagai wakil direktur. Insinyur Amerika yang dulu pernah mengusirnya, justru jadi bawahannya. Suatu hari insinyur Amerika itu datang menghadap karena ingin minta izin libur dan berkata : "Aku ingin mengajukan izin liburan. Aku berharap anda tidak mengaitkan kejadian air di masa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Aku berharap anda tidak membalas dendam atas kekasaran dan keburukan perilakuku di masa lalu". Sang direktur menjawab : "Aku ingin berterima kasih padamu dari lubuk hari paling dalam karena kau melarangku minum saat itu. Dulu aku benci padamu, tapi setelah Izin Allah, kamu lah sebab kesuksesanku".

Kini sikap positifnya sudah membuahkan hasil, lalu apakah ceritanya sampai disini? Tidak...! Akhirnya mantan pegawai rendahan ini menempati jabatan tertinggi di perusahaan tersebut. Ia menjadi Presiden Direktur pertama yang berasal dari bangsa Arab. Perusahaan tersebut adalah Aramco (Arabian American Oil Company) sebuah perusahaan minyak terbesar di dunia. Ditangannya perusahaan ini semakin besar dan kepemilikan Arab Saudi semakin dominan. Kini perusahaan ini menghasilkan 3,4 juta barrels (540.000.000 m3) dan mengendalikan lebih dari 100 ladang migas di Saudi Arabia dengan total cadangan 264 milliar barrels (4.20 x 1010 m3) minyak dan 253 triliun cadangan gas. 

Atas prestasinya ia ditunjuk Raja Arab Saudi untuk menjabat sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap minyak dunia. Ini adalah kisah Ali bin Ibrahin Al-Naimi dengan jabatan tersebut sejak tahun 1995 hingga kini.

Terbayangkan....hanya dengan mengembangkan hinaan menjadi hal positif telah membentuknya menjadi salah seorang penguasa minyak yang paling berpengaruh di dunia. Itulah kekuatan sikap positif. Kita tidak bisa mengatur bagaimana orang lain berperilaku terhadap kita dan kita tidak pernah tahu bagaimana keadaan akan menimpa kita nanti.... Tapi kita sepenuhnya punya kendali bagaimana menyikapinya. Apakah ingin hancur karenanya atau bangkit dengan penuh semangat untuk menjadi yang terbaik?....Itu adalah hak anda...!



Copas dari status FB temanku : Indra Gunawan


No comments:

Post a Comment